Penas KTNA 2017 sedang berlangsung. Di salah satu stand pameran, seorang pria
bertubuh kurus dan berambut gondrong terus menerus terlihat sibuk melayani
setiap tamu yang hadir.
Bang Asbar namanya.. pria yang berasal dari Aceh Selatan ini, sesekali berusaha tersenyum. sembari terus mengatakan
"Maaf, ini nggak dijual pak. Hanya pajangan aja.” Begitu katanya berulang kali saban
setiap ada pengunjung yang ingin membeli bibit tanaman pala yang dibawanya dari
kampong halaman.
Pala, dahulu pernah menjadi tumbuhan primadona
di kabupaten Aceh selatan. Tapi, beberapa tahun terakhir, kala Jamur Akar Putih
menyerang, serta perubahan suhu kawasan, Tanaman pala mulai memasuki tahap yang
cukup mengkhawatirkan. Banyak tumbuhan pala yang mati. Beberapa hama-pun tak
henti-henti menyerang. Petani pala, mulai terduduk diam tak mampu berkata-kata.
“Mungkin karena
burung murai batu, mulai banyak yang ditangkap kali bang. Makanya banyak hama
di pohon pala itu” begitu kata bang
Asbar kepada saya. Iya, bisa jadi. Kejadian yang sama sebenarnya pernah
menyerang Negara adidaya China di tahun 1950an kala burung Pipit dianggap
sebagai hama padi. Alih-alih meningkatkan produksi Padi, yang terjadi malah
gagal panen terbesar sepanjang sejarah Negara tirai bamboo tersebut.
Kini, bang Asbar mencoba melakukan apa yang
telah dilakukan oleh Pak Hamdani. Seorang penemu teknik sambung pala hutan
dengan pala budidaya. Dan, itu berhasil mengembalikan pala pada posisinya
semula. Menariknya adalah, pohon pala ini, semakin tua semakin banyak buahnya. Bahkan
bisa berumur puluhan tahun.
Jadi, menurut bang Asbar, ini sejalan dengan
ide konservasi hutan yang akhir-akhirnya kembali bergaung di Aceh. Tanpa harus
melakukan pembukaan lahan besar-besaran, tanpa harus merambah dan merubah
fungsi hutan, Pohon Pala hasil dari teknik sambung ini menjadi salah satu
solusi sumber ekonomi dari hasil hutan.
Masih menurut bang Asbar, Pala hasil teknik
sambung ini sangat bergantung dengan kelestarian hutan, hewan predator hama,
dan iklim. Yang semuanya itu bersumber pada satu hal. Kelestarian hutan. Kini,
beberapa tamu yang berasal dari seluruh Indonesia tertarik dengan pala yang
telah dikembangkan ini. Pun harganya kembali stabil dan cukup untuk memberikan
manfaat ekonomi pada masyarakat setempat.
Bang, melalui event ini, saya ingin mengajak
kepada seluruh masyarakat Aceh selatan khususnya dan Indonesia umumnya, agar
sama-sama menjaga hutan. Karena dari sanalah kita bisa menerima manfaat yang
berkelanjutan dari kelestarian hutan tersebut. Tutup pembicaraan kami sore itu
ditengah ramainya para pengunjung di stand yang diinisiasi oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta USAID LESTARI.
Bagi kamu yang masih penasaran dengan salah
satu hasil hutan Aceh ini, kamu masih bisa mengunjungi stand KLHK yang berada di
Hall A2. Acara yang berlangsung dari tanggal 6 sampai dengan 11 mei 2017 ini
mengangkat tema ketahanan pangan. Jadi, akan banyak ilmu yang akan kamu dapatkan.
Sampai ketemu di stand ya..
Post a Comment